Jejakcantik.com- Terkadang aku juga berpikir, kenapa aku mau bersusah payah untuk mendapatkan pemandangan yang menakjubkan! Eh, tak tahunya tidak seperti yang diharapkan! Terkadang, rencana bisa saja berantakan. Quotes of the day, “Mulailah sekarang, jangan menyesal dikemudian hari.” – Citra Pandiangan.

 

Sudah terlanjur tersesat di hutan dago, ya sudahlah, pelan-pelan aku kembali ke atas. Gila, lebih berat medannya dibanding saat turun. Mau tidak mau aku harus naik, apalagi angin bertiup membuat suasana itu semakin mencengkram. Habis sepi banget, jadi teringat beberapa orang yang aku temui pada keheranan kenapa aku mau berwisata seorang diri. Bahkan kata mbak guru TK yang asli wong Bandung saja, tidak mau pergi sendirian ke tempat wisata plus menggunakan angkot lagi.

 

Tidak berani katanya. Berarti aku anak pemberani donk???? Idih, buktinya saja aku sudah ketakutan setengah mati berada di Curug Dago seorang diri, ya sudah aku putuskan istirahat sebentar; plus mengambil beberapa foto dan video, lalu berlalu meninggalkan air terjun Curug Dago yang tidak kesampaian lagi untuk dilihat dan dinikmati. Benaran bagaikan tersesat di hutan belantara, jadi perjalanan pun diakhiri sudah untuk mencapai air terjun Curug Dago.

 


Selain merasa tersesat di tengah hutan belantara, aku pun harus segera mengeluarkan yang harus dikeluarkan. Jalanan yang menanjak untuk kembali ke atas sungguh butuh pengorbanan tenaga. Asli, tenaga ku terkuras, ditambah lagi rasa kebelet pipis tak tertahankan banget. Oh my godness seperti berada di puncak kegagalan, perjalanan makin terasa panjang ditambah nafas sudah semua dikeluarkan. Aku melihat tempat pencucian motor yang membersihkan mobil, duh kampret neh aliran airnya makin membuat aku merana untuk membuang hajat ini segera. Tapi dimana? Tidak mungkin di pinggir jalan kan? Lagi pula aku bukan pria yang dengan seenaknya aja bisa pipis sembarangan.

 

Aku melihat ada kakek-kakek sedang duduk, ah aku coba saja menyapa, siapa tau kakek itu bersedia menolong ku. Waduh miscommunication lagi, kakek itu kira aku menanyakan apakah ini ada jalan. Padahal aku Tanya boleh tak kek bisa menggunakan toilet yang berada sejengkal di depan mataku. Aku mencoba berbicara pelan-pelan dengan suara agak sedikit nyaring. Mungkin sang kakek pendengaran nya sudah tidak baik lagi.

 

Viola, berhasil!!! Sang kakek paham, aku pun sesegera mungkin memasuki ruang yang hanya berjarak beberapa langkah. Mencoba menghidupkan lampu, tak berhasil. Bodoh amat, yang penting bisa pispispis pipis begitulah akhirnya. Aku berhasil mendapatkan sesuatu yang menyenangkan hati, dan kembali melanjutkan perjalanan panjang yang melelahkan. Melanjutkan menaiki puncak “gunung” yang jauh banget dari perkiraan dengan nafas tinggal satu dan dua saja. Bisa bayangkan nggak? Pasti kagak bisa.


Apalagi jam sudah menunjukan pukul 09.00, dan aku harus mampir sejenak ke Jalan Braga, tepatnya ke Gedung Asia Afrika, karena di hari pertama bertandang tutup. Lantaran mayoritas system mereka Senin digantikan hari Minggu. Jadi harap maklum saja. Next time Curug Dago aku akan datang, dan juga air terjun Maribaya, tak akan ku lewatkan kesempatan untuk menculik mu dan membingkai mu di mata hatiku.

 

Perjalanan ditempuh tidak terlalu lama, hanya sekitar 30 menit-an saja, karena macetnya ampun-ampun. Jadilah harus bersabar, untung saja otak aku masih bagus untuk mengingat jalan. Padahal asli, aku paling enggan menghafal jalan, dan tidak pernah ingat dan harus berkali-kali kesana untuk menghafal jalan. Tetapi kali ini, nasib baik masih berpihak padaku. Pak sopir lupa menurunkan aku di Jalan Braga.

 

Kisah Perjalanan: Hari Terakhir di Bandung

Untungnya aku masih hafal persimpangan dan plus ini paling penting bagi teman yang berbaik hati membaca kisah perjalananku yang menyenangkan hati. Ada tanda Plang C-Walk Braga itu berarti kita harus bilang, “Pak depan or pak berhenti, or pak kiri” terserah deh mau yang mana, asal sama-sama paham saja dengan pak supir. Jalan kaki lagi deh, oh ya suasana siang dan malam di Jalan Braga memang sangat berbeda banget lho, lebih asyik-an di malam hari. Selain ramai dan lalulintas satu arah ini tidak terlalu crowded seperti siang hari.

 


Butuh waktu sekitar 10 menit untuk tiba ketujuan gedung Asian-Afrika. Lalu masuk melalui pintu depan pastinya, viola hawa adem dari AC menghampiriku, baru saja masuk sudah dipanggil pak sekuriti, kirain kenapa. Rupanya harus mengisi buku tamu terlebih dahulu. Oh ya, masuk ke Gedung Asia-Afrika ini gratis, selain adem karena AC-nya dingin banget juga mari kita melirik masa lalu. Eh, lagi-lagi menemukan hal yang unik di jalan Braga, di hari pertama, saat sore hari, aku melihat “model” lagi lengang-lengong di zebra cross, rupanya ada pemotretan dengan background Jalan Braga, tepatnya di dekat Gedung Asia-Afrika. Eh kali ini, di dalam gedung Asia-Afrika ada yang lagi pre-wedding. Waduh, mbak-nya rada malu-malu dan pengen cepat pemotretan di lokasi tersebut selesai, dan pindah ke sisi angel lain dari situ.


 Manfaat Traveling

Seru lho melihat sejarah, padahal dulu, kalau kembali ke zaman bangku sekolah. Pelajaran sejarah selalu buat kantuk. Eh, sekarang malah dijelajahi dan dibaca dan diperhatikan dengan seksama. Dulu dan sekarang tentu saja berbeda banget. Dulu culun sekarang luar biasa cantiknya hahahaha. Dulu cengeng, sekarang tegar. Semua adalah proses pembelajaran dan pembelajaran adalah sejarah. Aku ingin “sejarah kehidupanku” selalu dikenang sebagai sesuatu yang menarik bagi keluargaku tentunya.

 


Sejarah merupakan pengulangan cerita dari satu masa ke satu masa. Ciptakan sejarah yang unik bagi diri sendiri untuk dikenang di kala tua dan membuatmu merindukan nuansa dan suasana seperti itu tercipta kembali.

 

Hotel, Pasar dan Stasiun

Tiba di hotel jam 11 siang, perut terasa lapar banget, menyempatkan sejenak membeli nasi uduk di depan penginapan. Rasanya lumayan untuk mengganjal lapar. Apalagi tadi pagi tidak sempat sarapan. Jadilah, lapar melanda. Ya sudah, merehatkan badan sejenak, tidur-tiduran. Untunglah semalam semua sudah di prepare dan di mantap kan tadi pagi sebelum meninggalkan penginapan.

 

Masukan kembali tas model perempuan ke dalam ransel, dan cek cross check sekali lagi. Dompet dan tiket semuanya sudah ok. Laptop ok, koper sudah terkunci dengan gambok yang tadi pagi dibeli di pinggir jalan. Jam pun menunjukan pukul 12.00 WIB, waktunya check out dulu.

 

Lagi-lagi cuaca mendung dan hujan, padahal aku sengaja memilih kereta malam dengan pertimbangan: Lumayan satu hari tidak mengeluarkan duit untuk penginapan hahahaha, dan sekaligus jalan-jalan sejenak sambil menunggu kedatangan kereta api. Menginjak kan kaki sejenak ke Pasar Pagi. Pasar pagi memang luas dan banyak barang yang dijual, ada satu sepatu yang ku taksir, karena sepatu yang aku bawa cuma satu. Jadi lumayan untuk ganti-gantian.

 




Jadi aku beli dah, disini harus pandai-pandai tawar menawar tetapi ada juga barang yang sudah dipatok harganya tidak bisa ditawar. Kalaupun mau mencoba menawar, ya ngelus dada aja tidak dikasih respon. Oh ya hati-hati ya, kabar burung mengatakan di situ banyak copet, jadi perhatikan barang dengan seksama. Karena tidak ada yang dibeli, cuaca pun juga hujan. Lebih baik bersantai saja di stasiun, pikir ku begitu. Ya sudahlah, stasiun nya penuh banget karena dicampur dengan jalur local. Jadilah aku duduk manis dengan mata terkantuk-kantuk. Cari pojokan, lalu ZzzzzZzzz tidur sebentar, sekali-kali bangun. Karena kalau keenakan tidur bisa berabe neh semua barang. Silih berganti calon penumpang local yang duduk, berbagi cerita, dan berbagi kesan atau sekedar diam-diaman. Wah lagi-lagi neh, harus segera cap cus ke toilet. Toilet yang tersedia cuma satu, jadinya ya langsung tancap gas. Eh gas terpaksa di rem. Pasalnya saat membuka penutup closet, idih ada yang timbul berwarna kuning, mengapung-apung… ampun…. Teriak ku dalam hati, piye iki, aku kebelet banget lagi. Ada petugas kebersihan, minta tolong tuk dibersihkan.

 

Aku tunggu diluar, hasilnya saudara-saudara NIHIL. Nanya, apa ada toilet lagi? Terus, dia bilang ada di dalam station. Tetapi tiket ku kan masih lama, jam keberangkatan. Kalau di Gambir tidak boleh masuk kalau belum jam keberangkatan kereta. Rupa-rupanya, di Bandung sistemnya rada berbeda. Semuanya bisa dilakukan asal punya tiket, khusus antar kota ya. Jadi segera aku print tiket dan blab la bla, bisa masuk dan menggunakan toilet dekat Musola. Terpaksa harus membuka kaos kaki yang sudah hitam dan dekil. Idih malu-maluin banget, tapi apa daya memang begitu kan sistemnya.

 

Jadilah antri-antri, karena banyak banget yang mau menggunakan toilet. Sedangkan aku sudah tak kuasa menahan diri untuk membuang hajat. Ah, kebetulan giliranku mau disabotase ibu-ibu. Langsung deh dengan nada lembut, “Maaf ya bu, saya duluan.” Sang ibu hanya melirik dan berkata, “Ya silahkan”. Ah arasanya sungguh menyenangkan, aman dan tak ada lagi rasa galau-galauan. Karena cobaan yang satu ini sudah berakhir.

 

Giliran mau keluar eh harus disuruh muter ke pintu keluar, lantaran ogah bawa barang. Akhirnya pak sekuriti pun mengamankan barangku terlebih dahulu, sehingga aku tidak perlu repot untuk membawanya keluar, pintar kan? Ya kesempatan dalam kesempitan, langsung deh lihat-lihat makanan sambil gerimis-gerimis gimana gitu, beli gorengan dan beberapa snack. Langsung itu mengambil barang ke tempat sekuriti dan duduk manis kembali.

 

Ternyata waktu cepat juga berlalu, tak terasa sudah hampir jam 05.00 memang jika menulis di laptop sambil membunuh waktu, idih waktu bisa juga dibunuh ya, hebat benar. Memang tidak terasa, tau-tau aja batere laptop habis, menyempatkan diri sejenak nonton film kartun Masha and The Bear yang beberapa koleksinya sudah nangkring manis di harddisk laptop. Asyik, asyik nonton ternyata ada “penonton gelap” dibelakang ku hahahaha, beberapa anak kecil turut serta menyaksikan Masha and The Bear.

 

Waduh, ini bukan TV umum lho. Tapi karena aku adalah orang yang baik hati dan tidak sombong, ya sudah aku shared aja sama tiga bocah cilik yang asyik menonton Masha and The Bear. Okey, time up! Batere benar-benar tidak bisa bertahan lagi. Matikan laptop dan mencoba mencari charger. Kembali lagi masuk ke dalam station, niatan hati mau langsung diperiksa, karena sudah mngeluarkan ID Card (KTP gitu lhoo), ya sudahlah masuk saja. Setelah masuk, segera ke kamar kecil lagi, dan terus cari makanan kecil, niatan untuk di kereta, baru deh charge batere ponsel yang sudah sekarat.

 

Berabe kalau tidak ada ponsel, aku kan belum pernah naik kereta kelas bisnis jadi waktu itu masih belum tahu kalau disitu juga disediakan tempat charger, sama seperti kelas eksekutif hanya yang membedakan tempat duduknya atos tenan (keras betul).   

 



Fill your day with love and step beauty feet



Fun Time it's you......


Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Smile and Lovely Day