Hangat dan Segarnya Ciater Bandung


Jejakcantik.com- Liburan ke Bandung itu, beneran di manja kan dengan alam yang indah, setelah puas bermain di Tangkuban Perahu, tidak ada salahnya mencoba pemandian air panas. Quotes of the day, “Liburan tak kan sempurna, tanpa menyegarkan diri di alam. Hot spring selain menyehatkan juga menenangkan jiwa dan tubuh.” – Citra Pandiangan.

 

Setelah ojek mengantarkan aku turun dari gunung tangkuban perahu, membayar dan menolak tawarannya untuk diantar ke pemandian air panas dan air terjun. Jejak Cantik menunggu angkot. Jujur, angkot di kawasan ini memang tidak bisa ditebak, seperti bermain jelangkung, yang ditunggu-tunggu kadang tidak datang, or sudah datang kita tidak pernah tahu.

 Hangat dan Segarnya Ciater Bandung

Kamu tahukan permainan jelangkung dengan mantra seperti ini “Jelangkung, Jelangkung Datang tidak dijemput, pulang tidak diantar,” hahahaha waktu masih kecil suka melakukan permainan ini bila menjelang pembagian raport untuk mengetahui naik or tidaknya diriku di kelas. Ini pengalaman waktu masih SD, habis teman-teman banyak yang buat begituan, jadi dah ikut-ikutan. Terus, mama marah-marah dan bilang, bagaimana kalau “roh-nya” tidak balik dan mengikuti kamu seumur hidupnya. Idih serem amat! Akhirnya permainan itu pun tidak pernah aku mainkan kembali.

 

Idih, di tengah hutan belantara memikirkan jelangkung, kagak takut ya? Kagak she, kan aku pemberani, buktinya saja aku langsung celingak celinguk hehehe aman ada pak polisi yang stand by di depan gerbang kawasan Tangkuban Perahu. Akhirnya pucuk ulam pun tiba, angkot pun terlihat juga Bandung-LE (maksudnya LE disini bukan Lembang melainkan Ledeng ya) hihi sok tahu or tau banget ya.

 

Karena dalam hati sepanjang perjalanan berpikir LE ini apa ya maksudnya? Baru kepikirkan Terminal LEDENG hahaha, dasar ST (Sok Tahu). Duduk manis di belakang kurang seru, karena mobilnya terlalu gede dan kacanya kurang kelihatan pemandangan yang dilalui. Emmm akhirnya, penumpang di depan pun turun. Lalu, aku pun segera pindah posisi. Eh, supirnya masih muda, lumayan diajak ngobrol untuk mengorek informasi mengenai lokasi ini.

 

Perjalanan tidak terlalu jauh hanya butuh 10 menit dengan menggunakan kendaraan tentunya. Lalu, ada persimpangan kecil. Disitulah aku diturunkan, memang tidak ada spanduk,atau apapun untuk menandakan bahwa kita sudah berada di dekat Ciater, tetapi tidak usah kuatir, karena persimpangan pertama itulah kita harus turun, jadi jangan tertidur ya. Kalau ketiduran bisa kebabblasan, alias kelewat. Maklum tidak heran, jika berjalan kaki yang cukup jauh, pasti badan terasa capek dan ngantuk. Jadinya ingin tertidur sejenak. Nanti saja tidurnya saat sudah berada di Sari ater or Ciater, masyarakat setempat menyebutnya.

 

Lagi-lagi hujan gerimis mengundang pun datang. Keberuntungan untuk ke Ciater perjalanannya menurun. Jadi dah hujan-hujan gimana gitu mengiringi langkah kaki ku ke Ciater seorang diri. Tidak butuh waktu lama untuk berjalan ke bawah. Banyak bapak-bapak tukang ojek yang nawari, tolak saja secara halus. Akhirnya gerbang bertulisan Ciater pun terlihat. Karena aku berjalanan kaki, jadi aku melewati tempat gerbang mobil dan motor. Eh, lagi-lagi box tiket untuk pejalan kaki tutup!! Ngambilnya harus di tempat mobil lalu lalang. Harga masuk tiket ke Ciater ini dipatok sama wisman, dan wiskol (wisatawan local gitu lho, habis puyeng cari singkatannya bagaimana untuk wisatawan local ya sudah dibuat aja wiskol, biar kerenan dikit).

 Hangat dan Segarnya Ciater Bandung

Kita juga harus bayar deposit juga lho 10.000, dan ini akan dikembalikan bila kita sudah selesai menikmati pemandangan eh air panas yang ada disitu. Plus, jangan sampai hilang ya itu kartu masuknya. Yuk, cap cus, aku sudah tidak sabar untuk merendam kan kakiku yang lelah berkeliling selama tiga hari di Bandung. Ini merupakan tempat yang tepat untuk melepaskan lelah setelah melakukan perjalanan yang jauh. Bukan kah air panas itu bisa mengusir lelah?

 

Tempatnya keren abiz, begitu kakiku melangkah masuk ke dalam. Setelah men-tap kartu masuk, pintu pun terbuka dan pemandangan yang tadi hanya bisa dilirik dari luar juga bisa terlihat dengan bebasnya dengan mata telanjang ku, karena kali ini gak pakai kacamata hitam, jadi bisa terlihat semuanya dengan gelap-gelap gimana gitu. Karena lagi-lagi gerimis terus menemani ku, selama perjalananku di Bandung. Maklum bulan Desember memang bulan penghujan, tetapi tetap saja berharap cuaca cerah menderang, karena pemanasan global membuat cuaca tidak pasti bisa diprediksi dengan akurat.

Jejak Cantik masih belum mau menikmati air panas itu, aku masih mau keliling melihat pemandangan dan sambil mengambil beberapa foto untuk kenangan atau di post di blog tentunya. Pekerjaan yang dibuat sendiri hahahaha, eh aku melihat bule tua seorang diri, dan kebetulan pemandangan yang di belakang ku bagus. Jadi dah minta tolong di foto-in, asyik.

 

Finally aku gak perlu mengeluarkan tongsis ku di Ciater ini hahaha. Pada saat aku merendam kan kakiku di salah satu kolam di ciater, eh ketemu lagi. Jadi dah kami ngobrol-ngobrol sejenak. Pria tua ini berasal dari France, dia sengaja datang ke Bandung seorang diri. Karena istrinya lebih suka di Singapura, sedangkan dia tidak suka di Singapura. Dia bilang, untuk apa ke Singapura, jika mau shopping bukan kah France surganya dunia shopping di seluruh dunia. ceile… benar juga seh. Jadi dia memilih Indonesia untuk melepaskan penatnya.

 

Hal yang unik dari percakapan kami adalah….. kasih tau gak ya? Dia tidak mau naik pesawat ke Singapura, karena pesawat Singapura ke Bandung jarak tempuhnya hanya 1,5 jam. Dia ingin naik kapal or kereta. Tentu saja tidak ada kereta yang sampai hingga Singapura. Jangankan singapura, Kalimantan, dan Kepri saja tidak ada kereta, jadinya ya. Aku jelaskan dengan baik dan benar. Jika ingin perjalanan lama menggunakan bus ya, paling simple Bandung-Padang, Padang-Batam menggunakan boat, dan Batam-Singapore menggunakan ferry. Tentu saja jarak tempuh semakin jauh dan butuh waktu kurang lebih 2 hari untuk tiba ke Singapore.

 

Nah, bapak ini pun mikir dan tidak percaya dengan aku kali ya hahaha, terus dia tanya lagi ke sampingnya. Eh kebetulan ini turis dari Malaysia. Mirip banget seperti orang Indonesia, memang benar kata orang, kita masih satu “rumpun”. Dia pun menjelaskan hal yang sama, dan kami sepakat satu-satunya pelabuhan international hanya terdapat di Batam untuk ke Singapura.  Bapak tua itu pun akhirnya memilih menggunakan tiket pesawat yang sudah dibelinya untuk kembali ke Singapore, dan pulang ke Negara asalnya.

 

Berendam sejenak memang segar dan menyenangkan. Pelepas lelah, tetapi karena memang tidak membawa baju ganti. Lantaran takut terlena berlama-lama di dalam kolam air panas yang sumber mata airnya langsung dari tangkuban perahu. Jadinya ya, cukup kakinya saja yang basah dan merasakan sensasi panas dari mata air yang membuatku terpesona, dan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gunung.

 

Puas berendam, dan puas berkeliling, perut pun mulai terasa lapar. Lagi-lagi kalau hari biasa semua pada tutup, dan hanya ada restaurant yang buka. Niatnya mau makan disitu, tetapi melihat isinya eh pengunjungnya pria semua, dan berasal dari India dan Arab, jadinya aku urung kan niat. Makan di luar saja. Karena sepanjang perjalanan aku melihat banyak kedai-kedai, atau warung yang menjual berbagai makanan.

 

Pilihanku jatuh pada makan bubur ayam dan bandrek. Untuk bubur ayamnya lumayan enak, entah karena kelaparan atau apa. Aku tidak tahu, tetapi yang jelas satu mangkuk habis masuk ke dalam perutku yang seksi ini. Kuenyang banget, enak. Duduk sebentar sambil berehat (istirahat) sebelum tarik nafas dulu yang dalam-dalam, melakukan perjalanan menanjak. Waduh butuh ekstra power neh. Tapi tidak apa-apa, kan sudah makan bubur semangkuk, dan segelas bandrex. Jadi cap cus, pelan-pelan saja asal selamat.

 

Oh ya, karena turunan jadi tidak terlalu memandang sekeliling, jadi waktu pulang terlihat perkebunan teh, tergoda ingin mampir, tetapi hujan, dan membayangkan sepatu bakalan kotor. Akhirnya pikiran itu cuma terlintas doank. Kembali lagi menunggu angkutan butuh ekstra kesabaran, duduk manis dulu. Numpang sama mbak-mbak yang jaga warung. Asyik duduk sambil mengucapkan syukur, aku belum terlambat untuk menyadari bahwa liburan itu tidak butuh biaya mahal untuk menikmati hidup.

 

Terbayang dulu kalau mau liburan memikirkan harga hotel yang mahal untuk satu malam, plus biaya makan, dan juga rental mobil yang tiap tahun pasti harganya turut naik juga. Buktinya, liburan backpacker dan menggunakan transportasi umum jauh lebih efisien dengan biaya yang tidak menguras dompet sampai bangkrut. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk menanti angkutan yang tiba. Akhirnya, angkot pun datang, dan stop, stop, mobil pun berhenti, sedikit penuh, tetapi masih bisa duduk.

 

Perjalanan pun berlanjut. Tanya-tanya biaya angkot, eh mas-mas disebelah ku lucu banget, masa dia gak tahu biaya yang harus dia keluarkan untuk naik angkot ini. Padahal tujuannya sama ke Terminal Ledeng. Idih pelit amat kasih informasi, dasar! Tidak sadar akan wisatawan. Ini yang perlu pemerintah galakkan, sadar wisata. Maksudnya adalah butuh nya informasi angkutan yang harus di pasang di setiap angkutan.

 

Sehingga penumpang dari luar kota bisa tahu harga berapa yang harus dibayar. Bukankah anggaran tersebut harus ada di dinas perhubungan, kritik kan lagi deh, nurani jurnalis masih belum mati. Hahahaha. Aku memperkirakan biaya dari ST Hall ke Bosscha saja pak supir hanya meminta 10.000 jadi dari Ciater ke Terminal Ledeng cukup dengan 15.000 saja. Begitu sampai ke Terminal Ledeng dan kasih uang pas, pak supir tidak ada complain, jadi benar deh. Lanjut naik angkot ST-Hall-Lembang, aduh pak supirnya serem banget, mana penumpang sepi. Jadi teringat supir yang di cikole yang membuatku takut habiz, jika pergi seorang diri di dalam angkot itu.

 

Namun benar kata pepatah, jangan melihat tampangnya, “mungkin” ada benarnya juga. Rupanya bapak supir ini sangat baik lho, ya memang pada dasarnya saja dia memiliki wajah garang mungkin bisa dikarenakan kejamnya kehidupan yang dilalui, dasar neh pemikiran novelist nya kumat lagi. Nah, perjalanan pulang kali ini melewati Cihampelas walk atau C-Walk, bagi yang suka shopping baju distro ini tempatnya. Harganya murah-murah banget. Mampir yuk, mampir hahaha. Asyik neh cuci mata dengan barang-barang murah setelah seharian “berteman” dengan alam.

 

Kembali kedalam kehidupan nyata metropolitan, shopping time!!! Untuk pulangnya sangat mudah koq, tinggal cari saja angkot yang bertulisan ST Hall, pasti sampai terminal or station. Jangan terlalu malam, walaupun bisa dikatakan angkot di Bandung 24 jam tetapi beneran itu gak benar. Karena jam 6-an angkot sudah lumayan susah ditemui untuk jurusan ST Hall-nya.

 Hangat dan Segarnya Ciater Bandung

Jadi segera dah cap cus pulang ke rumah eh ke penginapan. Besok adalah hari terakhir di Bandung, dan juga harus check out hotel sebelum jam 12 siang. Pulang disertai hujan deras, karna tidak bawa payung jadinya berteduh sejenak di Dunkin Dounat. Sayangnya di sini tidak disediakan WI-FI dan tempatnya juga tidak besar. Setidaknya bisa berteduh sejenak. Setelah hujan reda-an dikit, kaki pegal, naik becak saja dah untuk sampai ke penginapan.. Seru kan perjalanan Jejak Cantik hari ketiga di Bandung, menurut kamu, apakah seseru itu kalau liburan bareng teman?

 



Fill your day with love and step beauty feet



Fun Time it's you......

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Smile and Lovely Day